TUBUH PLASTIK dalam pertunjukan SEGERA: Teater Payung Hitam (Menafsir konsef sutradara dalam bentuk pemeranan)

“membedah ketiadaan menjadi ada”
                                            (Rahman Sabur)

Manusia tak lebih dari daging dan tulang semata, sama halnya dengan mesin atau benda-benda lainnya semuanya adalah perangkap bagi kebebasan ruh.
Plastik memang fleksibel maka aktipitas dan kebutuhan manusia 80% berkaitan dengan plastik termasuk mengawetkan makanan seperti gorengan, batagor dan lain sebagainya, sampah terbesar di dunia juga plastik tentu perlu ribuan tahun untuk menghancurkan sampah tersebut dan itu pula salah satu dari sekian banyak penyebab rusaknya lingkungan. Plastik begitu juga tubuh adalah sesuatu yang dicinta sekaligus dibenci dan itu pula yang menjadikan salah satu alasan dari alasan-alasan lainnya kenapa orang memilih homo atau lesbi. Maka semestinya tubuh itu diledakan untuk membongkar batas-batas yang telah menjadi penjara beratus-ratus abad sudah (sejak Adam dan Eva mengenal tubuhnya sendiri sehabis memakan buah holdi/avel) sampai pada kemerdekaan yaitu kemenangan atas kehendak untuk menghancurkan atau merubah tubuh menjadi apa saja sesuai dengan keinginan yang lebih tinggi semacam operasi plastik atau lain sebagainya.

Tubuh sama halnya dengan bumi
Seumpama bola plastk dengan gambar pulau-pulau diatasnya.



Bandung, 28 Mei 2013

John Heryanto
Aktor Pertunjukan "SEGERA" Teater Payung Hitam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Auto Performance: TUHAN, SENI & KAMU

SEBUAH KAIN DI MESIN JAHIT (Catatan Skenografi Pertemuan dalam Lubang Jarum)

monolog dekontruksi: Hati Yang Meracau